Gerindra Mampu Mensejahtrakan
Masyarakat Bila Di Berikan Amanah Oleh Rakyat Indonesia
Revolusi tani yang digagas Partai Gerindra merupakan
keharusan jika dilihat dari kacamata ketahanan pangan nasional maupun penguat
ekonomi pedesaan. Melalui gerakan merevitalisasi bidang pertanian diharapkan
munculnya jutaan lapangan kerja baru yang berperan dalam peningkatan
produktivitas serta kesejahteraan masyarakat.
Latar belakang gerakan tani oleh Gerindra berawal dari
kesadaran untuk mengangkat harkat martabat petani Indonesia. Dalam hal ini H Prabowo
Subianto selaku Ketua HKTI memandang penting sektor pertanian dalam menumbuhkan
kedaulatan pangan nasional.
“Bangsa ini tidak boleh menyerahkan urusan pangan rakyatnya
kepada bangsa luar. Bagaimana rakyat kita bisa sejahtera jika beras, jagung,
palawija, gandum semuanya import dari luar. Padahal dengan potensi lahan dan
iklim yang dimiliki, kita sangat mungkin berswasembada pangan,” tegasnya.
“Kita usulkan UU Bank
Tani agar petani dapat dengan mudah memperoleh modal, lalu ada UU resi gudang
yang dimaksudkan agar petani kita bisa memperoleh jaminan penyimpanan hasil
panen digudang yang ditunjuk pemerintah serta beberapa kebijakan lain yang pro
petani,” tambahnya.
Selain itu, Gerindra juga tegas menolak kebijakan import
bahan pangan, seperti di Jawa Timur. “Kita menolak masuknya import beras dari
Vietnam disaat petani padi kita memasuki masa panen. Karena dengan masuknya
beras import tersebut, harga beras yang dihasilkan petani kita jatuh harganya,
ini baru sedikit dari usaha kita untuk menggerakkan sector pertanian sebagai
tumpuan pembangunan nasional, dan ini semua agar petani Indonesia bisa
sejahtera dan berdaulat,” tandasnya.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto
berseloroh bahwa pemerintah saat ini belum mampu mengelola kekayaan alam untuk
menyejahterakan rakyat. Hal itu disampaikan Prabowo saat berorasi dalam
pertemuan silaturahim (simakrama) Keluarga Besar Hasyim Djojohadikusumo di
Kuta, Bali, Minggu, 25 Agustus 2013 malam.
”Saya sudah sering berbicara, teriak di media bahwa
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa. Mestinya bisa
dikelola yang benar. Gerindra sejak 2004 sudah punya strategi dan enam program
aksi ekonomi,” tuturnnya.
Meski pemerintah mengklaim pertumbuhan ekonomi kuat, namun
yang terjadi sekira 52 persen rakyat tidak menikmati hasil pembangunan. Justru
banyak sumber-sumber kekayaan dikuasai dan dinikmati orang lain atau pihak
luar.
Salah satu cara untuk menumbuhkan pemerataan ekonomi adalah
ketersediaan infrastruktur. Bicara soal infrastruktur, yang paling penting adalah
jalan.
Ia pun sesumbar, bila partainya memenangkan pemilu, salah
satu programnya adalah membangun jalan sepanjang 3.000 kilometer di Tanah Air.
Itu sangat mungkin dilakukan jika dibagi lima tahun. Setiap setahunnya dibangun
600 kilometer.
Untuk membangun jalan sepanjang 3.000 kilometer, dalam
perhitungannya dibutuhkan dana Rp60 trilun. Hal itu sangat mungkin dilakukan.
Padahal setiap tahunnnya ada dana sampai Rp120 triliun yang
menjadi bancakan atau digarong. Pemerintah, kata dia, mestinya mampu mengelola
dana yang diparkir.
”Mestinya mampu. Kalau tidak, berarti kalah sebelum perang.
Susahnya otak kita memang sudah dicuci (brainwashing) oleh penjajah Belanda
sebagai bangsa yang kalah,” imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar